Selamat Datang Di Blog Pengingat Diri, Jangan Lupa Tinggalkan Komentar, Terima Kasih

____________________________________________________________________________________________________

Tampilkan postingan dengan label Harapan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Harapan. Tampilkan semua postingan

Satu Kata dan Perbuatan

Sering kali kita mendengar ceramah dari Aa’ Gym yang beliau sebut dengan 3M, Mulai dari Sekarang, Mulai dari Hal yang Kecil dan Mulai dari Diri Sendiri.

Ternyata ‘M’ yang terakhir, sering kita abaikan kita ingin orang lain mengikuti apa yang kita katakan namun kita sendiri terkadang lalai dengan perkataan kita sehingga kita mala dianggap remeh oleh orang lain.

Kita ingin orang melakukan perubahan namun kita sendiri jauh dari perubahan itu ibarat calo’ penumpang kita hanya mengajak orang untuk naik kendaraan sementara orang lain telah sampai ke tujuan kita sendiri masih di tempat semula. Bukankah Allah sangat membenci orang yang berkata tetapi ia sendiri lalai dengan perkataannya.

Semoga kita semua dapat memperbaiki diri dan dapat menjaga lisan hingga kita dapat menjalankan apa-apa yang ingin kita ucapkan.

Hakikatnya...

Suatu waktu di desa yang tidak bisa disebutkan, pada waktu itu memasuki musim panen. Keluarga Pak Tua memiliki sawah yang cukup luas, panen tahun itu membuahkan hasil yang memuaskan bagi keluarga ini. ketika menjemur padi, panas tidak begitu terik sehingga padi yang melimpah tersebut belum layak diolah. Karena banyaknya padi yang dijemur keluarga ini tidak mengangkutnya ke rumah namun dibiarkan di halaman dengan harapan besok tidak perlu mengangkut keluar halaman lagi.

Besoknya ketika akan membuka penutup tumpukan padi untuk dihamparkan kembali, Pak Tua melihat ada sedikit bekas cedukan Pak Tua bertanya pada anaknya yang membantu, "apakah engkau mengambil sebagian dari padi-padi itu?" karena tidak mengambil anaknya menidakkan pertanyaan ayahnya. Pak Tua berpikir, "ah cuma sedikit yang hilang, lagi pula mungkin ada ayam yang mengais padi mereka sebelum mereka bangun tidur".

Esoknya ketika padi yang lain juga belum kering Pak Tua kembali mengulang penjemuran seperti hari sebelumnya, pagi harinya kembali ia melihat ada bekas gundukan padi yang terjamah oleh sesuatu yang bukan bekas binatang. Ia bermaksud menyelidiki hal tersebut bersama anaknya ia melakukan pengintaian pada malam harinya. Setelah Sholat Isya' dan makan malam sang ayah mengajak anaknya untuk mengontrol tumpukan padi mereka, ternyata terlambat gundukan padi sudah terbongkar, tutup atasnya tidak dikembalikan sebagaimana semula. Pak Tua berpikir sang pelaku pasti belum jauh, ia mengajak anaknya untuk melakukan pengejaran, karena ada bekas jejak di jalan tidak sulit bagi mereka melukan pelacakan. Sampai di ujung lorong mereka berhentti karena ceceran padi hilang di sana, pandangan Pak Tua tertuju pada sebuah gubuk, ia mendekat dan mengintip ke dalam. Ia melihat seorang ibu tua dan anak-anak yang masih kecil sedang menumbuk padi-nya di sebuah lesung. Pak Tua tertegun, kemudian yang terjadi adalah ia mengajak anaknya pulang dan berkata, "ambil karung, isi penuh dengan padi yang sudah kering antar ke rumah si Ibu Tua". Anaknya merasa heran dan bertanya, "kenapa kita harus melakukan itu, Bukankah mereka telah mencuri padi milik kita?". Dengan sedikit meneteskan air mata sang bapak berkata, "Bukan mereka yang mencuri milik kita namun hakikatnya KITALAH PENCURI ITU".

Kisah ini saya baca (mungkin saya dengar) puluhan tahun silam namun terus menjadi ingatan yang tak terlupakan, semoga kesadaran seperti Pak Tua tertanam selalu di hati kita, mudah-mudahan Allah selalu memberi kemurahan rezeki kepada kita sehingga kita dapat selalu berbagi kepada sesama.... Amiin

Beda Sedikit


Ternyata sifat kita dengan sifat Rasulullah SAW hanya beda "Sedikit" yaitu Rasulullah SAW sedikit tidur, kita sedikit-sedikit tidur.
Rasulullah SAW sedikit makan, kita sedikit-sedikit makan.
Rasulullah SAW sedikit marah, kita sedikit-sedikit marah.
Rasulullah SAW sedikit bergurau, kita sedikit-sedikit bergurau.

Rasulullah SAW sedikit-sedikit beramal, kita sedikit beramal.
Rasulullah SAW sedikit-sedikit berkorban untuk Islam, kita sedikit berkorban untuk Islam.

Kapan kita akan berusaha mengejar perbedaan yang hanya sedikit tersebut.

Thank tO sobat yang ngirim SMS

Komunikasi....? (Pentingla)



Ada cerita oke, nenek dan kakek yg sudah tua, hidup bersama telah sekian lama namun mereka hidup dalam kekurangan,

mereka memiliki sebuah sepeda yang hanya ada satu roda, dan sang nenek hanya memiliki sebelah anting dari emas. Suatu saat sang nenek berpikir kenapa ia tidak menjual antingnya dan membeli sebuah roda lengkap dgn ban agar sepeda mereka dapat digunakan. Akhirnya sang nenek pergi ke pasar untuk menjual antingnya kemudian menjalankan semua rencana baiknya.
Dalam waktu bersamaan sang kakek menjual sepedanya dan membelikan sebelah anting untuk isteri tercinta. Dapat dibayangkan apa yang terjadi, si nenek membawa roda lengkap dengan bannya, dan si kakek pulang dengan membawa sebelah anting.

Tujuan sepasang kakek nenek ini tentu sangat baik, namun ternyata tujuan yang baik tidak cukup semua perlu dikomunikasikan agar tidak terjadi kesalahpahaman. Berumahtangga terkadang sering sekali kita kurang mengkomunikasikan hal yang kita anggap ringan.

Padahal jelas komunikasi penting agar tidak terjadi sebagaimana kakek nenek tadi. Kita bermaksud baik membelikan isteri perabotan atau mungkin asesoris lain yang menurut kita bagus, karena tidak dikomunikasikan hasilnya terkadang mengecewakan baik di pihak isteri maupun di kita sendiri. Atau mungkin isteri yang bermaksud baik membelikan kita pakaian, batik misalnya namun terkadang hasilnya seperti tadi. Walaupun kita terima namun ada kekecewaan di hati, baik isteri maupun kita sendiri.
Semoga dengan komunikasi kita dapat meraih tujuan dengan hasil yang baik.

Pertahankan Yuk.....


Keindahan dan kebahagiaan akan terasa tatkala kita telah mencapai apa yang kita inginkan.
Seorang remaja akan merasakan kebahagiaan apabila ia telah menikahi gadis impiannya, seorang atlit akan bahagia apabila ia meraih prestasi tertinggi dalam bidang olahraga. Demikian juga seorang muslim jika ingin bahagia dan merasakan keindahan ia harus mampu meraih puncak tertinggi prestasinya, yaitu melawan hawa nafsunya. Kita sering tertipu dengan kemenangan yang kita raih, kita lalai akan kemenangan itu sendiri. Sang pemuda setelah berhasil mempersunting gadis pujaan akan berbangga diri dengan keberhasilannya, namun seringkali ia lalai memelihara kebahagiaan tersebut, ia tidak memupuk kebahagiaan tersebut dengan kasih sayang sehingga terkadang sering timbul ketidakpercayaan di antara mereka.
Sang atlit, karena bangga dengan prestasi yang telah diraih, iapun melalaikan latihan yang selama ini tetap dilakukan.
Demikian halnya dengan diri kita ketika kita merasa mampu menguasai nafsu kita, kita lalai terkadang kita terjebak dengan nafsu lain yang bentuknya mungkin beda namun yang jelas semua adalah jerat syaithon yang ingin menggiring kita.

Kita sering bangga dengan satu amalan, semisal kita sering menjalankan sholat witir dan selalu mengajak yang lain untuk mengamalkannya, namun sampai suatu ketika kita sendiri meninggalkan amalan tersebut, inilah manusia tidak kekal dengan pemikirannya.

Ternyata Mempertahankan lebih sulit dari meraih...

Bukan Anak Kiyai


Ini adalah julukan yang saya buat sendiri untuk diri saya, kisahnya begini....

Pada saat keluarga kami mengadakan hajatan, berkumpul di sana semua saudara baik dari pihak ibu maupun dari Ayah, di selah-selah berkumpul ada teman saudara saya yang meyuguhkan minuman keras, dia bertanya apakah saya dan saudara mau minum minuman tersebut? Kakak saya menjawab : "kami nich Bukan Anak Kiyai ngapoi dak galak".

Maksud kakak kami, kami ini bukanlah keturunan Kiyai yang anti dengan hal-hal duniawi, tapi manusia biasa yang hidup dengan kebiasan manusia lain. Minum, judi, mungkin main perempuan adalah hal yang tidak begitu dilarang dalam kehidupan kami (walaupun khusus untuk kakak saya), makanya Ia berkata seperti itu.

Suatu saat jauh hari setelah kejadian itu, saya merasakan bahwa diri ini didzolimi, saya berpikir untuk melawan, karena saya tidak bersalah (setidaknya itu pendapat saya), dan terkenang kembali kalimat kakak saya di atas, saya bukan anak kiyai, saya tidak akan berdiam diri dengan apa yang orang-orang lakukan kepada saya, biar orang-orang tau bahwa saya manusia yang juga bisa melawan keadaan.

Walau demikian saya tetap berkeinginan untuk menjadi diri saya yang tidak mau mengusik kehidupan orang lain, dan berusaha untuk bersikap sebagaimana layaknya anak-anak kiyai...

Jadi walaupun bukan anak kiyai tapi keinginan untuk berbuat, bersikap, bergaul, dan lain sebagainya layaknya seorang anak kiyai bahkan seorang kiyai...

Belajar Selalu


"Tuntutlah Ilmu dari Buaian sampai ke liang kubur"
Kalimat di atas ada yang mengatakan Hadits Nabi ada juga yang mengatakan hanya kata mutiara, Whatever.... yang jelas saat ini saya baru menyadari pentingnya belajar, karena dulu saya berpikir bahwa belajar dalam usia yang sudah seperti sekarang terlambat adanya, namun sesuai dengan kata mutiara yang lain Lebih Baik Terlambat daripada Tidak Sama Sekali.

Ke depan saya selalu ingin membah satu wawasan (minimal) dalam satu hari..

Terima kasih untuk semua teman yang telah mengingatkan saya untuk selalu berupaya lebih baik lagi...

Mengapa Harus Beda...?


Suatu Hari, saat salah satu saudara Muslim meninggal, saya turut melayat walaupun tidak ikut memandikan saya sempat turut mengkafani, menyolatkan, mengantar ke kubur. Saat akan dibacakan do'a Tetua desa kami mengajak rombongan pelayat untuk mendekat dan sayapun turut serta. Ketika ada teman yang saya kenal dan saya ajak untuk mendekat ia berkata saya dari jauh saja, maka terucap dari bibir saya perkataan "ayolah mendekat tidak ada beda, semua mayit juga"

Setelah do'a dipanjatkan teman yang tadi bermaksud duduk di tempat yang jauh mendekati saya dan berkata bahwa apa yang saya katakan sangat menyentuh di hatinya dan ia merasa terpukul dengan perkataan saya tersebut.
Dengan nada rendah saya memohon maafnya, tentu saja saya ti
dak bermaksud untuk menyinggung perasaannya tetapi saya ingin mengingatkan bahwa siapapun ia apapun kedudukannya bagaimanapun status ekonominya jika ia mayit Muslim, mari kita berusaha beri perlakuan yang sama, tidak dibedakan...

Tentu saja teman saya tadi ada alasan kenapa ia tidak mau mendekat dan alasan itu ia sampaikan ke saya dan bisa diterima dengan akal...
Semoga kita tetap itiqomah untuk selalu berbuat lebih baik lagi dari sekarang amiin..

Renungan


Suatu hari saya menerima sms dari seorang sahabat, isinya bercerita tentang kelalaian kita selaku manuasia, "Jika SMS masuk kita cepat2 baca dan balas, tapi kenapa ketika waktu shalat yang masuk kita tidak cepat2 mengerjakannya..
Isi ulang pulsa Rp. 10.000,- kita sanggup, tetapi untuk sedekah ke Masjid Rp. 1.000,- terasa berat...
Waktu mandi bermacam lagu kita nyanyikan, tetapi kenapa waktu mau makan bismillah sering berat kita ucapkan..."

Saudaraku membaca SMS ini saya berpikir ternyata memang benar kita sering menyepelehkan hal-hal yang seharusnya merupakan kebutuhan kita. Kita lebih mementingkan kebutuhan dunia yang sifatnya sering melalaikan ketimbang kepentingan kita kelak di hari akhir, tidak bermakasud apa-apa tapi ini hanya sebaga renungan bagi kita semua agar kiranya kita dapat mengimbangi kebutuhan duniawi dan ukhrowi...