Selamat Datang Di Blog Pengingat Diri, Jangan Lupa Tinggalkan Komentar, Terima Kasih

____________________________________________________________________________________________________

Hakikatnya...

Suatu waktu di desa yang tidak bisa disebutkan, pada waktu itu memasuki musim panen. Keluarga Pak Tua memiliki sawah yang cukup luas, panen tahun itu membuahkan hasil yang memuaskan bagi keluarga ini. ketika menjemur padi, panas tidak begitu terik sehingga padi yang melimpah tersebut belum layak diolah. Karena banyaknya padi yang dijemur keluarga ini tidak mengangkutnya ke rumah namun dibiarkan di halaman dengan harapan besok tidak perlu mengangkut keluar halaman lagi.

Besoknya ketika akan membuka penutup tumpukan padi untuk dihamparkan kembali, Pak Tua melihat ada sedikit bekas cedukan Pak Tua bertanya pada anaknya yang membantu, "apakah engkau mengambil sebagian dari padi-padi itu?" karena tidak mengambil anaknya menidakkan pertanyaan ayahnya. Pak Tua berpikir, "ah cuma sedikit yang hilang, lagi pula mungkin ada ayam yang mengais padi mereka sebelum mereka bangun tidur".

Esoknya ketika padi yang lain juga belum kering Pak Tua kembali mengulang penjemuran seperti hari sebelumnya, pagi harinya kembali ia melihat ada bekas gundukan padi yang terjamah oleh sesuatu yang bukan bekas binatang. Ia bermaksud menyelidiki hal tersebut bersama anaknya ia melakukan pengintaian pada malam harinya. Setelah Sholat Isya' dan makan malam sang ayah mengajak anaknya untuk mengontrol tumpukan padi mereka, ternyata terlambat gundukan padi sudah terbongkar, tutup atasnya tidak dikembalikan sebagaimana semula. Pak Tua berpikir sang pelaku pasti belum jauh, ia mengajak anaknya untuk melakukan pengejaran, karena ada bekas jejak di jalan tidak sulit bagi mereka melukan pelacakan. Sampai di ujung lorong mereka berhentti karena ceceran padi hilang di sana, pandangan Pak Tua tertuju pada sebuah gubuk, ia mendekat dan mengintip ke dalam. Ia melihat seorang ibu tua dan anak-anak yang masih kecil sedang menumbuk padi-nya di sebuah lesung. Pak Tua tertegun, kemudian yang terjadi adalah ia mengajak anaknya pulang dan berkata, "ambil karung, isi penuh dengan padi yang sudah kering antar ke rumah si Ibu Tua". Anaknya merasa heran dan bertanya, "kenapa kita harus melakukan itu, Bukankah mereka telah mencuri padi milik kita?". Dengan sedikit meneteskan air mata sang bapak berkata, "Bukan mereka yang mencuri milik kita namun hakikatnya KITALAH PENCURI ITU".

Kisah ini saya baca (mungkin saya dengar) puluhan tahun silam namun terus menjadi ingatan yang tak terlupakan, semoga kesadaran seperti Pak Tua tertanam selalu di hati kita, mudah-mudahan Allah selalu memberi kemurahan rezeki kepada kita sehingga kita dapat selalu berbagi kepada sesama.... Amiin

2 komentar:

  1. Karena anda begitu mengingat cerita itu mudah-mudahan anda akan menjadi salah satu dari pengikut jejak khalifah Umar Bin Khatab, pemerhati sosial selalu berzakat dan bersedekah. Insyaallah diikuti oleh siapapun yang membacanya.

    BalasHapus
  2. Amiin, Abi do'akan Busyito juga bagian dari itu semua.

    BalasHapus