Selamat Datang Di Blog Pengingat Diri, Jangan Lupa Tinggalkan Komentar, Terima Kasih

____________________________________________________________________________________________________

Ibu I Luv U 4ever


Lagu ini, tentu bagi yang suka akan segera tahu apa dan bagaimana makna yang tersirat di dalamnya. Banyak Lagu yang berisikan tentang betapa hebatnya perjuangan seorang Ibu.
Ada Keramat dari Rhoma Irama, kemudian Buatmu IBU dari Aeman, Iwan Fals dll. Hari ini Orang bilang adalah hari Ibu, Kita hargai itu meskipun berbakti kepada Ibu tidak hanya di 22 Desember. Kita sering Membuat Sang Ibu Marah, Jengkel, Kesal, sedih, namun semua dijalani dengan Ikhlas Tanpa sedikitpun rasa dendam. Ketika mendengar lagu ini, ingatan kitapun melayang ke masa kecil, ketika kita bandel, kita tetap disayang, Ibu Kau lah wanita yang mulia, derajatmu tiga tingkat dibanding ayah seperti lagunya Nasida Ria. Perasaan sedih sering menghinggapi ketika kita ingat bahwa kita pernah menyakiti hatinya, maaf yang sering kita sampaikan hanya di Idul Fitri dan Idul Adha saja tidak cukup rasanya, namun Ibu tetaplah ibu yang selalu tulus dan ikhlas menerima kita bagaimanapun keadaan kita. Kesuksesan Orang2 besar bahkan mungkin diri kita semua tidak terlepas dari andil sang Ibu, doanya bahkan dengan diam2 terus mengalir dari hatinya yang ikhlas, semua untuk kita untuk anak2nya. Ibu I Luv U 4Ever

Keramat

Bernard Si Bodoh (?) yang penuh pelajaran



Bernard Bear sosok animasi beruang yang digambarkan selalu sial, terkesan bodoh dan selalu emosian. Ternyata animasi ini banyak memberikan pelajaran kepada kita. Kita sering bertindak seperti Bernard yang suka arogan, emosian mau menang sendiri bahkan suka usil, walaupun terkadang kita juga suka berbuat baik layaknya Bernard. Keseharian kita terkadang sering tidak mau menerima masukan dari orang lain, kita suka memandang pendapat orang lain dengan sebelah mata, kita ingin berbuat menurut apa yang kita anggap benar walaupun akhirnya membuat kita sendiri mengalami kegagalan dan kesialan-kesialan, animasi ini bagus untuk jadi tontonan sekaligus tuntunan (setidaknya menurut saya) dan jangan lupa dampingi anak saat menonton acara ini karena sering terkesan arogan dan sadis.

SMS Idul Fitri

Idul Fitri identik dengan ucapan ucapan yang oke dan terkesan menyejukkan, kalo dulu kartu lebaran menjadi pilihan utama dalam mengucapkan selamat berhari raya, sekarang sms menjadi alternatif terbaik. Berikut sms yang saya terima menjelang dan memasuki Idul Fitri 1431 H yang belum sempat terhapus.
1. Waktu mengalir bagaikan Air, Ramadhan Suci belum berakhir, ada luka yang pernah terukir, ada khilaf yang sempat tergulir.
Sucikan hati di hari nan fitri. Mohon maaf lahir bathin.
2. Jika Hati sebening air jangan biarkan ia keruh, jika hati seputih awan jangan biarkan ia mendung, jika hati seindah malam hiasi ia dengan bintang dan rembulan.
Mari kita sambut di hari yang fitri ini dengan senyum kemenangan yang indah. Minal Aidin wal faidzin, Mohon maaf lahir dan bathin.
3. Esok adalah harapan, sekarang adalah kenyataan, kemarin adalah kenangan yang tak luput dari khilaf dan kesalahan.
Ketika tangan tak mampu berjabat, kaki tak dapat melangkah hanya hati yang mampu berbisik. Minal Aidin wal faidzin, Mohon maaf lahir dan bathin.
4. Anak Kecil pandai melompat, sambil melompat makan ketupat. Jabat tangan kita tak sempat, mau nelpon pulsa sekarat. Karena lebaran di hari Jum'at, mohon maaf dunia akhirat. Met Idul Fitri 1431 H, Minal Aidin wal faidzin, Mohon maaf lahir dan bathin.
5. Indah manusia karena akhlak, indah bulan kerena cahaya. Indah cinta kerena kejujuran, indah hari kemenangan karena saling memaafkan.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H, Minal Aidin wal faidzin, Mohon maaf lahir dan bathin.
6. Gema takbir berkumandang kemenangan telah kita raih, semoga kita menjadi fitri kembali.
Jambangan indah lagi berseri, menjadi hiasan di hari fitri, sms dikirim pengganti diri cermin dari silaturrahmi. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431H, Minal Aidin wal faidzin, Mohon maaf lahir dan bathin.
7. Ya Allah Ya Rabbi... muliakanlah saudaraku ini, bahagiakan keuarganya, berkahi rizkinya, berikan kesehatan dalan keluarganya, kuatkan Imannya, tinggikan derajatnya, eratkan tali kekeluargaan dan persaudaraan kami, dan kabulkanlah doa-doanya... Amiin. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H, Minal Aidin wal faidzin, Mohon maaf lahir dan bathin.
8. Saya sadar, saya bukan orang yang sempurna yang tak luput dari salah dan khilaf, sebelum Ramadhan pergi sebelum matahari terbenam dan sebelum ajal tiba di hari yang fitri ini saya pribadi mengucapkan Minal Aidin wal faidzin, Mohon maaf lahir dan bathin.
9. Kecubung batu dari Irian, indah disanding dengan berlian, karena besok sudah lebaran, salah dan khilaf mohon dimaafkan.Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H.
10. Malam ini malam lebaran, besok bersuka cita. Salah Mohon dimaafkan, agar kita tetap taqwa. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H, Minal Aidin wal faidzin, Mohon maaf lahir dan bathin.
11. Kadang Lidah salah berucap, tingkah laku salah bersikap. Andai jari tak sempat berjabat, ragapun tak sempat bertatap lewat untaian kata kami sekeluarga mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H, Minal Aidin wal faidzin, Mohon maaf lahir dan bathin.
12. Andai hati sebening kaca pastilah jiwa tiada bernoda, andai sikap selembut sutra santun kata tiada luka, andai mulut berkat mulia tiada hati yang terluka, namun manusia tiada sempurn, hanya maaf tulus ikhlas hapuskan dosa. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H, Minal Aidin wal faidzin, Mohon maaf lahir dan bathin.
13. Untuk lisan yang tak terjaga, untuk janji yang terabaikan, untuk hati yang berprasangka, untuk sikap yang menyakitkan. Sebelum Ramadhan pergi, Sebelum Idul Fitri tiba, andai jari tak sempat berjabat setidaknya kata masih terungkap. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H, Minal Aidin wal faidzin, Mohon maaf lahir dan bathin.
14. Bagai menyulam di atas kain, seindah bunga dalam jambangan. Walau sms yang aku kirim kan terasa berjabat tangan.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H, Minal Aidin wal faidzin, Mohon maaf lahir dan bathin.
15. Setitik embun akan sirnah diterpa mentari, secangkir air akan habis bila diminum, demikian dengan kesalahan akan sirnah bila kita saling memaafkan dihari yang fitri ini. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H, Minal Aidin wal faidzin, Mohon maaf lahir dan bathin.
16. Ya Allah... Ya Robb... Jika Engkau turunkan Rahmat dan Hidayah-Mu kepadaku di hari yang fitri ini, maka turunkanlah juga untuk saudaraku ini dan keluarganya. Amiin... Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H, Minal Aidin wal faidzin, Mohon maaf lahir dan bathin.

Maaf-maafan Yuk....



Ramadhan tahun ini (1431H) akan segera berakhir. Selama satu bulan kita menjalankan rangkaian amaliyah Ramadhan, tiba kita pada hari kemenangan (Insya Allah). Salah satu cara melengkapi amaliyah Ramadhan, kita diperintahkan untuk saling memaafkan atas kekhilafan yang terjadi di antara kita (kata teman saya yang Udztadz). Untuk itu saya atas nama Pribadi dan Keluarga Mohon maaf yang setulus-tulusnya atas segala kekhilafan dan kealfaan yang pernah terjadi, semoga kita semua dapat meraih predikat paling tinggi dari tujuan shaum Ramadhan yaitu TAQWA. Amin Ya Rabbal'alamin.

Mendidikkah?

Sore itu saya baru pulang dari kerja, nyampe di rumah jam menunjukkan pukul 18 lewat, setelah istirahat sebentar terus wudlu dan sholat Maghrib (kebiasaan saya mandi menjelang sholat Isya').
Setelah makan malam bersama, saya sempatkan menemani anak nonton TV, acara yang ditampilkan adalah acara anak-anak, namun di tengah perjalanan sinetron terjadi perkelahian antara satu pemain dengan pemain yang lain, padahal mereka masih sekolah dasar, dan ternyata tayangan seperti ini selalu terjadi (perkelahian) setiap episodenya.

Ternyata kita memang harus mendampingi anak saat mereka menyaksikan acara-acara di TV, sinetron yang katanya serial anak-anak masih saja memberikan tayangan yang saya anggap kurang baik bagi pertumbuhan moral anak, terkadang sinetron anak ditampilkan sosok jagoan yang berhati baik, jago berantem dan baik hati, namun tentu saja ada anak yang berhati jahat dan curang dalam bergaul. Celakanya anak-anak banyak yang meniru kebandelan dari si jahat, kalaupun mereka mengikuti jejak si jagoan mereka hanya ingin mengikuti cara berkelahinya saja.

Ditunggu dan sangat dinantikan penulis-penulis skenario yang mampu memberikan didikan bagi anak-anak kita.

Satu Kata dan Perbuatan

Sering kali kita mendengar ceramah dari Aa’ Gym yang beliau sebut dengan 3M, Mulai dari Sekarang, Mulai dari Hal yang Kecil dan Mulai dari Diri Sendiri.

Ternyata ‘M’ yang terakhir, sering kita abaikan kita ingin orang lain mengikuti apa yang kita katakan namun kita sendiri terkadang lalai dengan perkataan kita sehingga kita mala dianggap remeh oleh orang lain.

Kita ingin orang melakukan perubahan namun kita sendiri jauh dari perubahan itu ibarat calo’ penumpang kita hanya mengajak orang untuk naik kendaraan sementara orang lain telah sampai ke tujuan kita sendiri masih di tempat semula. Bukankah Allah sangat membenci orang yang berkata tetapi ia sendiri lalai dengan perkataannya.

Semoga kita semua dapat memperbaiki diri dan dapat menjaga lisan hingga kita dapat menjalankan apa-apa yang ingin kita ucapkan.

Ketawadhu'an Umar bin Khaththab

Pada masa pemerintahan Amirul Mukminin Umar bin Khaththab, beliau mengirim kaum muslimin untuk berperang melawan bangsa Persia. Perang ini terkenal dengan sebutan Perang Qadisiah.

Berkat pertolongan Allah, Kaum Muslimin yang dikomandani oleh Sa'ad bin Abi Waqqas berhasil memenangkan pertempuran. Sa'ad lalu menulis sepucuk surat yang mengabarkan kemenangan heroik tersebut kepada Amirul Mukminin di Madinah. Surat itu dibawa oleh salah seorang mujahid di antara mereka.

Di penghujung kota Madinah, Umar bertemu dengan Sang Mujahid, "Hai hamba Allah, ceritakan padaku bagaimana keadaan kalian?" Tanya Khalifah, "Sesungguhnya atas bantuan Allah, kaum Musyrikin telah hancur." Jawab mujahid tadi. Sang Mujahid sama sekali tidak tahu bila yang menjemputnya itu adalah Amirul Mukminin, karena ia belum pernah melihat wajah Sang Khalifah, iapun tidak turun dari untanya sampai keduanya masuk kota.
Kaum Muslimin sedikit heran dengan kejadian itu. Mereka lalu mengucapkan salam kepada Umar. Setelah itu, Sang Mujahid sadar. "Semoga Allah merahmatimu, kenapa Engkau tidak berterus terang bahwa Engkau adalah Amirul Mukminin?" ujarnya sungkan. Umar menjawab ringan, "Tak masalah wahai Saudaraku."

Ketawadhu'an Khalifah Umar bin Khaththab sangat sering kita dengar dan baca, salah satunya kisah ini, beliau menjemput sendiri utusan pasukan muslimin, tanpa dengan kebesaran dan pengawalan.
Ketauladanan Beliau semoga menjadi motivator kita dalam menjalani kehidupan untuk selalu ingat bahwa kita semua hakikatnya sama di sisi Allah SWT.

Dikutip dari berbagai sumber

Do'a dari Keranjang Tempe

Di Karangayu, sebuah desa di Kendal, Jawa Tengah, tempat tinggal seorang ibu penjual tempe. Tak ada pekerjaan lain yang dapat dia
lakukan sebagai menyambung hidup. Meski demikian, nyaris tak pernah lahir
keluhan dari bibirnya. Ia jalani hidup dengan riang.


"Jika tempe ini yang nanti mengantarku ke surga, kenapa aku harus menyesalinya." demikian dia selalu memaknai hidupnya.


Suatu pagi, setelah salat subuh, dia pun berkemas. Mengambil keranjang bambu tempat tempe , dia berjalan ke dapur. Diambilnya tempe-tempe yang dia letakkan di atas meja panjang. Tapi.......deg !! dadanya gemuruh. Tempe yang akan dia jual, ternyata belum jadi. Masih berupa kacang, sebagian berderai, belum disatukan ikatan-ikatan putih kapas dari peragian. Tempe itu masih harus menunggu satu hari lagi untuk jadi. Tubuhnya lemas. Dia bayangkan, hari ini pasti dia tidak akan mendapatkan uang, untuk makan, dan modal membeli kacang, yang akan dia olah kembali menjadi tempe.


Di tengah putus asa, terbersit harapan di dadanya. Dia tahu, jika meminta kepada Allah, pasti tak akan ada yang mustahil. Maka, ditengadahkan kepala, dia angkat tangan, dia baca doa. "Ya Allah, Engkau tahu kesulitanku. Aku tahu Engkau pasti menyayangi hamba-Mu yang hina ini. Bantulah aku ya Allah, jadikanlah kedelai ini menjadi tempe . Hanya kepada-Mu kuserahkan nasibku..."


Dalam hati, dia yakin, Allah akan mengabulkan doanya. Dengan tenang, dia tekan dan mampatkan daun pembungkus tempe . Dia rasakan hangat yang menjalari daun itu. Proses peragian memang masih berlangsung. Dadanya gemuruh.



Dan pelan, dia buka daun pembungkus tempe. Dan... dia kecewa. Tempe itu masih belum juga berubah. Kacangnya belum semua menyatu oleh kapas-kapas ragi putih. Tapi, dengan memaksa senyum, dia berdiri. Dia yakin, Allah pasti sedang "memproses" doanya. Dan tempe itu pasti akan jadi. Dia yakin, Allah tidak akan menyengsarakan hambanya yang setia beribadah seperti dia. Sambil meletakkan semua tempe setengah jadi itu ke dalam keranjang, dia berdoa lagi. "Ya Allah, aku tahu tak pernah ada yang mustahil bagi-Mu. Engkau Maha Tahu, bahwa tak ada yang bisa aku lakukan selain berjualan tempe. Karena itu ya Allah, jadikanlah. Bantulah aku, kabulkan doaku..."



Sebelum mengunci pintu dan berjalan menuju pasar, dia buka lagi daun pembungkus tempe. Pasti telah jadi sekarang, batinnya. Dengan berdebar, dia intip dari daun itu, dan... belum jadi. Kacang itu belum sepenuhnya memutih. Tak ada perubahan apa pun atas ragian kacang tersebut.



"Keajaiban Tuhan akan datang....pasti, " yakinnya. Dia pun berjalan ke pasar. Di sepanjang perjalanan itu, dia yakin, "kehendak" Tuhan tengah bekerja untuk mematangkan proses peragian atas tempe tempenya. Berkali-kali dia dia memanjatkan doa... berkali-kali dia yakinkan diri, Allah pasti mengabulkan doanya. Sampai di pasar, di tempat dia biasa berjualan, dia letakkan keranjang-keranjang itu.



"Pasti sekarang telah jadi tempe !" batinnya. Dengan berdebar, dia buka daun pembungkus tempe itu, pelan-pelan. Dan.... dia terlonjak. Tempe itu masih tak ada perubahan. Masih sama seperti ketika pertama kali dia buka di dapur tadi. Kecewa, airmata menitik di keriput pipinya. Kenapa doaku tidak dikabulkan? Kenapa tempe ini tidak jadi?



Kenapa Tuhan begitu tidak adil? Apakah Dia ingin aku menderita? Apa salahku? Demikian batinnya berkecamuk. Dengan lemas, dia gelar tempe-tempe setengah jadi itu di atas plastik yang telah dia sediakan. Tangannya lemas, tak ada keyakinan akan ada yang mau membeli tempenya itu. Dan dia tiba-tiba merasa lapar... merasa sendirian. Allah telah meninggalkan aku, batinnya. Airmatanya kian menitik. Terbayang esok dia tak dapat berjualan... esok dia pun tak akan dapat makan.



Dilihatnya kesibukan pasar, orang yang lalu lalang, dan "teman-temannya" sesama penjual tempe di sisi kanan dagangannya yang mulai berkemas. Dianggukinya mereka yang pamit, karena tempenya telah laku. Kesedihannya mulai memuncak.. Diingatnya, tak pernah dia mengalami kejadian ini. Tak pernah tempenya tak jadi. Tangisnya kian keras. Dia merasa cobaan itu terasa berat. Di tengah kesedihan itu, sebuah tepukan menyinggahi pundaknya. Dia memalingkan wajah, seorang perempuan cantik, paro baya, tengah tersenyum, memandangnya.


"Maaf Ibu, apa ibu punya tempe yang setengah jadi? Capek saya sejak pagi mencari-cari di pasar ini, tak ada yang menjualnya. Ibu punya??" Penjual tempe itu bengong. Terkesima. Tiba-tiba wajahnya pucat. Tanpa menjawab pertanyaan si ibu cantik tadi, dia cepat menadahkan tangan. "Ya Allah, saat ini aku tidak ingin tempe itu jadi. Jangan engkau kabulkan doaku yang tadi. Biarkan sajalah tempe itu seperti tadi, jangan jadikan tempe ...."
Lalu segera dia mengambil tempenya. Tapi, setengah ragu, dia letakkan lagi. "Jangan-jangan, sekarang sudah jadi tempe ...."


"Bagaimana Bu ? Apa ibu menjual tempe setengah jadi ?" tanya perempuan itu lagi. Kepanikan melandanya lagi. "Duh Gusti... bagaimana ini? Tolonglah ya Allah, jangan jadikan tempe ya?" ucapnya berkali-kali. Dan dengan gemetar, dia buka pelan-pelan daun pembungkus tempe itu. Dan apa yang dia lihat, pembaca ?? Di balik daun yang hangat itu, dia lihat tempe yang masih sama. Belum jadi ! "Alhamdulillah! " pekiknya, tanpa sadar. Segera dia angsurkan tempe itu kepada si pembeli. Sembari membungkus, dia pun bertanya kepada si ibu cantik itu. "Kok Ibu aneh ya, mencari tempe kok yang belum jadi?"



"Oohh, bukan begitu, Bu. Anak saya, si Sulhanuddin, yang kuliah S2 di Australia ingin sekali makan tempe, asli buatan sini. Nah, agar bisa sampai sana belum busuk, saya pun mencari tempe yang belum jadi. Jadi, saat saya bawa besok, sampai sana masih layak dimakan. Oh ya, jadi semuanya berapa, Bu ?"



Sahabatku, ini kisah yang biasa bukan ? Dalam kehidupan sehari-hari, kita acap berdoa.....dan "memaksakan" agar .....Allah memberikan apa yang menurut kita paling cocok untuk kita. Dan jika doa kita tidak dikabulkan, kita merasa diabaikan, merasa kecewa. Padahal, Allah paling tahu apa yang paling
cocok untuk kita. Bahwa semua rencananya adalah sempurna..

Sumber : email sahabat

Gubernur Termiskin

Suatu ketika Khalifah Umar bin Khaththab menerima utusan dari Syam dan melaporkan beberapa kebutuhan mereka sebagai rakyat. Kemudian Umar memintanya untuk menuliskan nama-nama orang miskin di Syam. Ketika daftar nama orang miskin di baca oleh Umar, ia terkejut mendapati nama Said bin Amir tercantum dan bertanya, "apakah ini Said gubernur kalian?" "Ya itu Said gubernur kami" jawab utusan Syam. "Dia termasuk daftar orang-orang miskin?" tanyanya kembali mempertegas. "Ya" jawab mereka meyakinkan Umar. Umar kemudian pergi ke baitul mal dan mengambil sebuah kantong dan memberikannya kepada utusan, dan berkata, "berikan ini kepada gubernur kalian."

Rombongan tersebut kembali ke Syam dan menyampaikan amanat Khalifah kepada Said, Said kemudian membuka kantong tersebut dan ternyata isinya uang seribu dinar, "innalillahi wainna ilaihi roji'un," kata Said ketika mengetahui isi kantong tersebut. Ternyata ucapan Said terdengar istrinya. "Apakah Amirul Mukminin meninggal?" Tanya istrinya. "Tidak, tapi musibah yang lebih besar dari itu," jawab Said. Keesokannya Said memerintahkan orang kepercayaannya untuk membagikan uang itu kepada janda, anak-anak yatim dan orang miskin tanpa tersisa. Said berkata, "dunia telah memasuki diriku untuk merusak kehidupan akhiratku."

Said bin Amir adalah sahabat Rasulullah SAW. Walaupun namanya tidak semasyhur nama-nama sahabat Nabi yang terkenal, ia adalah seorang yang taqwa dan tak menonjolkan diri, ia tak pernah absen dalam setiap perjuangan dan jihad yang dihadiri Rasulullah.
Ketika Khalifah memintanya menjadi Gubernur Syam, Said menolak dengan halus seraya berkata, "Jangan kau jerumuskan aku ke dalam fitnah." Walau akhirnya ia menerima jabatan itu sebagai ketaatan kepada Khalifah yang bersiteguh untuk mengangkatnya sebagai Gubernur Syam.

Kita mungkin tidak akan mampu mengikuti langkah yang ditempuh Sang Gubernur, namun setidaknya kita dapat menghindari fitnah yang lebih besar, dengan tidak memanfaatkan fasilitas yang negara berikan secara berlebihan.

Dikutip dari berbagai sumber.

Hakikatnya...

Suatu waktu di desa yang tidak bisa disebutkan, pada waktu itu memasuki musim panen. Keluarga Pak Tua memiliki sawah yang cukup luas, panen tahun itu membuahkan hasil yang memuaskan bagi keluarga ini. ketika menjemur padi, panas tidak begitu terik sehingga padi yang melimpah tersebut belum layak diolah. Karena banyaknya padi yang dijemur keluarga ini tidak mengangkutnya ke rumah namun dibiarkan di halaman dengan harapan besok tidak perlu mengangkut keluar halaman lagi.

Besoknya ketika akan membuka penutup tumpukan padi untuk dihamparkan kembali, Pak Tua melihat ada sedikit bekas cedukan Pak Tua bertanya pada anaknya yang membantu, "apakah engkau mengambil sebagian dari padi-padi itu?" karena tidak mengambil anaknya menidakkan pertanyaan ayahnya. Pak Tua berpikir, "ah cuma sedikit yang hilang, lagi pula mungkin ada ayam yang mengais padi mereka sebelum mereka bangun tidur".

Esoknya ketika padi yang lain juga belum kering Pak Tua kembali mengulang penjemuran seperti hari sebelumnya, pagi harinya kembali ia melihat ada bekas gundukan padi yang terjamah oleh sesuatu yang bukan bekas binatang. Ia bermaksud menyelidiki hal tersebut bersama anaknya ia melakukan pengintaian pada malam harinya. Setelah Sholat Isya' dan makan malam sang ayah mengajak anaknya untuk mengontrol tumpukan padi mereka, ternyata terlambat gundukan padi sudah terbongkar, tutup atasnya tidak dikembalikan sebagaimana semula. Pak Tua berpikir sang pelaku pasti belum jauh, ia mengajak anaknya untuk melakukan pengejaran, karena ada bekas jejak di jalan tidak sulit bagi mereka melukan pelacakan. Sampai di ujung lorong mereka berhentti karena ceceran padi hilang di sana, pandangan Pak Tua tertuju pada sebuah gubuk, ia mendekat dan mengintip ke dalam. Ia melihat seorang ibu tua dan anak-anak yang masih kecil sedang menumbuk padi-nya di sebuah lesung. Pak Tua tertegun, kemudian yang terjadi adalah ia mengajak anaknya pulang dan berkata, "ambil karung, isi penuh dengan padi yang sudah kering antar ke rumah si Ibu Tua". Anaknya merasa heran dan bertanya, "kenapa kita harus melakukan itu, Bukankah mereka telah mencuri padi milik kita?". Dengan sedikit meneteskan air mata sang bapak berkata, "Bukan mereka yang mencuri milik kita namun hakikatnya KITALAH PENCURI ITU".

Kisah ini saya baca (mungkin saya dengar) puluhan tahun silam namun terus menjadi ingatan yang tak terlupakan, semoga kesadaran seperti Pak Tua tertanam selalu di hati kita, mudah-mudahan Allah selalu memberi kemurahan rezeki kepada kita sehingga kita dapat selalu berbagi kepada sesama.... Amiin

Kenalan Lagi...

Pada tahun 1996 saya lulus SMA di Inderalaya Ogan Ilir Jurusan Biologi sebagaimana saya kenalkan sebelumnya dengan predikat memuaskan (setidaknya untuk saya pribadi) kemudian setelah itu saya menjalani masa-masa pengenalan diri, tahun 1999 saya sempat mengabdikan diri sebagai tenaga pengajar di sekolah menengah pertama yang ada di desa kami ini berlangsung sampai saya menikah. Oh ya, saya menikah pada tahun 2002, tepatnya 13 Januari dengan wanita cantik bernama MULYATI, saat ini saya telah dikaruniai dua orang puteri ALYA PUTRI SALSABILA (15 April 2003) dan ANNIDA RAHMAWATI (5 Juli 2005).
Pada tahun 2003 sebelum anak pertama kami lahir saya memutuskan berhenti dari sekolah, maklum penghasilan tidak mencukupi untuk menghidupi calon anak dan isteri.

Sambil mengajar saya tidak berhenti untuk mengikuti berbagai tes kerja terutama di instansi pemerintah. Pada 2004 akhir saya ikut tes di Departemen Agama (sekarang Kementerian Agama) Kabupaten Banyuasin, siapa sangka LULUS. Ini sekaligus membuktikan bahwa pada tahun itu masih ada seleksi pegawai tanpa sitem KKN.
Tahun 2005 saya resmi mengabdi di Kementerian Agama Kabupaten Banyuasin sampai dengan sekarang.

Berharap diri lebih baik lagi dari sebelumnya tentu saja menjadi komitmen saya, lebih baik dari segi kepribadian, pergaulan dan sebagainya tentu saja di segi pengabdian kepada Sang Kholiq. Semoga saya bisa Istiqomah. Amiin...

Beda Sedikit


Ternyata sifat kita dengan sifat Rasulullah SAW hanya beda "Sedikit" yaitu Rasulullah SAW sedikit tidur, kita sedikit-sedikit tidur.
Rasulullah SAW sedikit makan, kita sedikit-sedikit makan.
Rasulullah SAW sedikit marah, kita sedikit-sedikit marah.
Rasulullah SAW sedikit bergurau, kita sedikit-sedikit bergurau.

Rasulullah SAW sedikit-sedikit beramal, kita sedikit beramal.
Rasulullah SAW sedikit-sedikit berkorban untuk Islam, kita sedikit berkorban untuk Islam.

Kapan kita akan berusaha mengejar perbedaan yang hanya sedikit tersebut.

Thank tO sobat yang ngirim SMS

Komunikasi....? (Pentingla)



Ada cerita oke, nenek dan kakek yg sudah tua, hidup bersama telah sekian lama namun mereka hidup dalam kekurangan,

mereka memiliki sebuah sepeda yang hanya ada satu roda, dan sang nenek hanya memiliki sebelah anting dari emas. Suatu saat sang nenek berpikir kenapa ia tidak menjual antingnya dan membeli sebuah roda lengkap dgn ban agar sepeda mereka dapat digunakan. Akhirnya sang nenek pergi ke pasar untuk menjual antingnya kemudian menjalankan semua rencana baiknya.
Dalam waktu bersamaan sang kakek menjual sepedanya dan membelikan sebelah anting untuk isteri tercinta. Dapat dibayangkan apa yang terjadi, si nenek membawa roda lengkap dengan bannya, dan si kakek pulang dengan membawa sebelah anting.

Tujuan sepasang kakek nenek ini tentu sangat baik, namun ternyata tujuan yang baik tidak cukup semua perlu dikomunikasikan agar tidak terjadi kesalahpahaman. Berumahtangga terkadang sering sekali kita kurang mengkomunikasikan hal yang kita anggap ringan.

Padahal jelas komunikasi penting agar tidak terjadi sebagaimana kakek nenek tadi. Kita bermaksud baik membelikan isteri perabotan atau mungkin asesoris lain yang menurut kita bagus, karena tidak dikomunikasikan hasilnya terkadang mengecewakan baik di pihak isteri maupun di kita sendiri. Atau mungkin isteri yang bermaksud baik membelikan kita pakaian, batik misalnya namun terkadang hasilnya seperti tadi. Walaupun kita terima namun ada kekecewaan di hati, baik isteri maupun kita sendiri.
Semoga dengan komunikasi kita dapat meraih tujuan dengan hasil yang baik.

Pertahankan Yuk.....


Keindahan dan kebahagiaan akan terasa tatkala kita telah mencapai apa yang kita inginkan.
Seorang remaja akan merasakan kebahagiaan apabila ia telah menikahi gadis impiannya, seorang atlit akan bahagia apabila ia meraih prestasi tertinggi dalam bidang olahraga. Demikian juga seorang muslim jika ingin bahagia dan merasakan keindahan ia harus mampu meraih puncak tertinggi prestasinya, yaitu melawan hawa nafsunya. Kita sering tertipu dengan kemenangan yang kita raih, kita lalai akan kemenangan itu sendiri. Sang pemuda setelah berhasil mempersunting gadis pujaan akan berbangga diri dengan keberhasilannya, namun seringkali ia lalai memelihara kebahagiaan tersebut, ia tidak memupuk kebahagiaan tersebut dengan kasih sayang sehingga terkadang sering timbul ketidakpercayaan di antara mereka.
Sang atlit, karena bangga dengan prestasi yang telah diraih, iapun melalaikan latihan yang selama ini tetap dilakukan.
Demikian halnya dengan diri kita ketika kita merasa mampu menguasai nafsu kita, kita lalai terkadang kita terjebak dengan nafsu lain yang bentuknya mungkin beda namun yang jelas semua adalah jerat syaithon yang ingin menggiring kita.

Kita sering bangga dengan satu amalan, semisal kita sering menjalankan sholat witir dan selalu mengajak yang lain untuk mengamalkannya, namun sampai suatu ketika kita sendiri meninggalkan amalan tersebut, inilah manusia tidak kekal dengan pemikirannya.

Ternyata Mempertahankan lebih sulit dari meraih...

Bukan Anak Kiyai


Ini adalah julukan yang saya buat sendiri untuk diri saya, kisahnya begini....

Pada saat keluarga kami mengadakan hajatan, berkumpul di sana semua saudara baik dari pihak ibu maupun dari Ayah, di selah-selah berkumpul ada teman saudara saya yang meyuguhkan minuman keras, dia bertanya apakah saya dan saudara mau minum minuman tersebut? Kakak saya menjawab : "kami nich Bukan Anak Kiyai ngapoi dak galak".

Maksud kakak kami, kami ini bukanlah keturunan Kiyai yang anti dengan hal-hal duniawi, tapi manusia biasa yang hidup dengan kebiasan manusia lain. Minum, judi, mungkin main perempuan adalah hal yang tidak begitu dilarang dalam kehidupan kami (walaupun khusus untuk kakak saya), makanya Ia berkata seperti itu.

Suatu saat jauh hari setelah kejadian itu, saya merasakan bahwa diri ini didzolimi, saya berpikir untuk melawan, karena saya tidak bersalah (setidaknya itu pendapat saya), dan terkenang kembali kalimat kakak saya di atas, saya bukan anak kiyai, saya tidak akan berdiam diri dengan apa yang orang-orang lakukan kepada saya, biar orang-orang tau bahwa saya manusia yang juga bisa melawan keadaan.

Walau demikian saya tetap berkeinginan untuk menjadi diri saya yang tidak mau mengusik kehidupan orang lain, dan berusaha untuk bersikap sebagaimana layaknya anak-anak kiyai...

Jadi walaupun bukan anak kiyai tapi keinginan untuk berbuat, bersikap, bergaul, dan lain sebagainya layaknya seorang anak kiyai bahkan seorang kiyai...

Belajar Selalu


"Tuntutlah Ilmu dari Buaian sampai ke liang kubur"
Kalimat di atas ada yang mengatakan Hadits Nabi ada juga yang mengatakan hanya kata mutiara, Whatever.... yang jelas saat ini saya baru menyadari pentingnya belajar, karena dulu saya berpikir bahwa belajar dalam usia yang sudah seperti sekarang terlambat adanya, namun sesuai dengan kata mutiara yang lain Lebih Baik Terlambat daripada Tidak Sama Sekali.

Ke depan saya selalu ingin membah satu wawasan (minimal) dalam satu hari..

Terima kasih untuk semua teman yang telah mengingatkan saya untuk selalu berupaya lebih baik lagi...

Buat Mu Ibu-Aeman

Mengapa Harus Beda...?


Suatu Hari, saat salah satu saudara Muslim meninggal, saya turut melayat walaupun tidak ikut memandikan saya sempat turut mengkafani, menyolatkan, mengantar ke kubur. Saat akan dibacakan do'a Tetua desa kami mengajak rombongan pelayat untuk mendekat dan sayapun turut serta. Ketika ada teman yang saya kenal dan saya ajak untuk mendekat ia berkata saya dari jauh saja, maka terucap dari bibir saya perkataan "ayolah mendekat tidak ada beda, semua mayit juga"

Setelah do'a dipanjatkan teman yang tadi bermaksud duduk di tempat yang jauh mendekati saya dan berkata bahwa apa yang saya katakan sangat menyentuh di hatinya dan ia merasa terpukul dengan perkataan saya tersebut.
Dengan nada rendah saya memohon maafnya, tentu saja saya ti
dak bermaksud untuk menyinggung perasaannya tetapi saya ingin mengingatkan bahwa siapapun ia apapun kedudukannya bagaimanapun status ekonominya jika ia mayit Muslim, mari kita berusaha beri perlakuan yang sama, tidak dibedakan...

Tentu saja teman saya tadi ada alasan kenapa ia tidak mau mendekat dan alasan itu ia sampaikan ke saya dan bisa diterima dengan akal...
Semoga kita tetap itiqomah untuk selalu berbuat lebih baik lagi dari sekarang amiin..

Renungan


Suatu hari saya menerima sms dari seorang sahabat, isinya bercerita tentang kelalaian kita selaku manuasia, "Jika SMS masuk kita cepat2 baca dan balas, tapi kenapa ketika waktu shalat yang masuk kita tidak cepat2 mengerjakannya..
Isi ulang pulsa Rp. 10.000,- kita sanggup, tetapi untuk sedekah ke Masjid Rp. 1.000,- terasa berat...
Waktu mandi bermacam lagu kita nyanyikan, tetapi kenapa waktu mau makan bismillah sering berat kita ucapkan..."

Saudaraku membaca SMS ini saya berpikir ternyata memang benar kita sering menyepelehkan hal-hal yang seharusnya merupakan kebutuhan kita. Kita lebih mementingkan kebutuhan dunia yang sifatnya sering melalaikan ketimbang kepentingan kita kelak di hari akhir, tidak bermakasud apa-apa tapi ini hanya sebaga renungan bagi kita semua agar kiranya kita dapat mengimbangi kebutuhan duniawi dan ukhrowi...